Kisah ini terjadi pada isteri dan anak
dari seseorang yang bernama Ridha Ad-Dezfuli. Yaitu kisah perjumpaan isteri dan
anaknya dengan Imam Mahdi, saat mereka melakukan sebuah perjalanan untuk
ziarah. Peristiwa ini sendiri terjadi di Irak, sekitar tahun 1980an.
Kisah ini diceritakan langsung oleh Ridha
Ad-Dezfuli, sesuai dengan yang didengarnya dari isterinya. Berikut kisahnya,
seperti diceritakan langsung oleh Ridha Ad-Dezfuli:
“Suatu hari, aku ingin beriziarah ke makam
Imam Husein, di Karbala, Irak. Kebetulan, di kota itu aku memiliki rumah yang
biasa aku kunjungi, kalau aku sedang berziarah kesana. Setelah ziarah, biasanya
aku mampir ke rumah itu dan tinggal beberapa hari disana. Dalam ziarah kali
ini, aku tidak sendiri. Aku membawa serta anak dan istriku. Biasanya, kami
sekalian berlibur juga bersama anak-anak.
Sebelum berangkat, aku siapkan dulu keledai
untuk kutunggani sendiri, serta dua ekor unta untuk anak, istri, serta bekal
perjalanan. Kebetulan, saat itu ada beberapa rombongan yang juga akan berziarah
ke Karbala. Jumlahnya sekitar 50 orang, terbagi dalam beberapa kelompok
(kafilah). Aku dan kelaurga berangkat bersama dengan mereka.
Sepanjang separuh perjalanan, smeua berjalan
lancar. Aku berada di bagian depan rombongan. Sementara isteri dan anakku
berada di baris belakang rombongan, bersama-sama dengan kelompok perempuan.
Setelah beberapa lama perjalanan, kami
sampai di sebuah daerah yang bernama Nakhilah. Saat itu, aku bermaksud untuk
meminta minuman kepada isteriku yang memegang bekal makanan dan minuman kami.
Maka, aku arahkan keledai ke belakang rombongan.
Betapa kagetnya aku, ketika tak
kudapati isteri dan anakku. Aku mencoba mencair-cari ditengah-tengah romobongan,
tapi tak ada. Aku tanyakan pada ibu-ibu yang ada disana, mereka juga heran dan
tak tahu kapan isteri dan anakkku keluar dari rombongan.
Aku langsung memberitahu ketua
kafilah. Menurut perkiraanku dan ketua kafilah, isteri dan anakku ketinggalan
di belakang rombongan. Maka, ditemani ketua kafilah, aku memutar arah menyusuri
jalan yang kami tempuh tadi. Anehnya, kami tidak menemukan mereka. Padahal kami
sudah menempuh perjalanan yang lumayan jauh.
"Mungkin keluargamu terpisah dari
rombongan dan salah jalan," kata ketua kafilah.
Kami coba mencari lagi tanpa mengenal
lelah. Kekhawatiran mulai menyelusup ke dalam dada. Perkataan ketua kafilah
tadi ter-ngiang jelas di telinga. Karena tidak ketemu juga, kami berdua
memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke Karbala bersama seluruh anggota
kafilah yang menunggu kami. Kuhabiskan waktu sepanjang perjalanan dengan
perasaan yang tak menentu.
Sesampainya di Karbala, aku berniat
untuk menemui beberapa orang dan meminta bantuan mereka untuk mencari keluargaku. Tapi sebelumnya, aku mampir
terlbih dahulu di rumahku yang ada di kota itu. Aku akan mengambil beberapa
perlengkapan dan uang, sebagai bekal dan bayaran untuk orang-orang yang akan
membantuku mencari isteriku.
Di rumah itu biasanya ada seorang
penjaga yang aku pekerjakan untuk menjaga kemanan dan kebersihan rumah.
Sesampai di rumah itu, aku mengetuk pintu.
Ajaib, orang yang membukakan pintu
ternyata bukan penjaga rumah, tapi istriku sendiri! Jantungku hampir berhenti
berdetak karena sangat bahagia.
"Dari mana saja engkau? Dan
bagaimana engkau bisa sampai disini sekarang? Naik apa? Bagaimana dengan
anak-anak?" tanyaku penuh keheranan bercampur panik.
Isteri menjawab dengan tenang:
"Aku terpisah dari romobongan
saat berada di Nakhilah. Saat itu, anak-anak minta makan. Saat akan membuka tempat
makanan, tanganku gemetar sehingga tempat makanan itu beradu satu sama lain.
Suaranya mengejutkan unta yang kukendarai. Ia berlari kencang ketakutan. Terang
saja, tempat maknan itu itu semakin terguncang-guncang dan suaranya semakin
nyaring. Aku panik dan ketakutan sehingga tidak bisa mengendalikan unta yang
lari kesetanan itu. Aku sudah berusaha berteriak, tapi suaraku kalah nyaring
dari suara dentingan rantang.
“Aku mulai putus asa. Takut jatuh
terpelanting atau untaku menabrak sesuatu. Tanpa sadar, aku dan anakku menjerit
meminta tolong pada Imam Mahdi. Kami memanggil-manggil nama Imam Mahdi. Kami
terus menjerti-jerit menyebut nama Imam Mahdi. Beberapa saat kemudian, aku
melihat pria bercahaya yang tampak kharismatik dalam busana Arabnya.”
Ia berkata kepada kami:"Jangan
takut, wahai ibu."
Unta yang kami kendarai seketika
menjadi tenang dan diam.
Orang itu mendekat dan bertanya,
"Kau ingin pergi ke
Karbala'?"
"Ya." Jawabku.
Ia kemudian memegang tali kekang unta
dan menuntunnya kembali ke jalan. Sambil berjalan, aku memberanikan diri
menanyakan jati dirinya.
Orang itu menjawab:
"Aku adalah orang yang bertugas
menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencintaiku (Imam Mahdi), seperti
dirimu yang hampir tersesat di gurun ini," jawabnya.
Mendengar kisah isterinya, si suami
langsung menetaskan air mata. Ia sujud syukur, memanjatkan doa. Ia terus
menyebut nama Imam Mahdi dan bersyukur atas pertolongan yang diberikan pada
isteri dan anak-anaknya.
SYIAH LAKNAT !!
BalasHapusNama anda terdapat kata Ahmad sayang sekali anda belum mengenal Imam Mahdi yg justru keturunan Nabi Muhammad SAW
Hapus