Rabu, 09 Mei 2012

KISAH SEORANG IBU DAN ANAKNYA YANG TERSESAT DAN DITOLONG OLEH IMAM MAHDI


Kisah ini terjadi pada isteri dan anak dari seseorang yang bernama Ridha Ad-Dezfuli. Yaitu kisah perjumpaan isteri dan anaknya dengan Imam Mahdi, saat mereka melakukan sebuah perjalanan untuk ziarah. Peristiwa ini sendiri terjadi di Irak, sekitar tahun 1980an.
Kisah ini diceritakan langsung oleh Ridha Ad-Dezfuli, sesuai dengan yang didengarnya dari isterinya. Berikut kisahnya, seperti diceritakan langsung oleh Ridha Ad-Dezfuli:

“Suatu hari, aku ingin beriziarah ke makam Imam Husein, di Karbala, Irak. Kebetulan, di kota itu aku memiliki rumah yang biasa aku kunjungi, kalau aku sedang berziarah kesana. Setelah ziarah, biasanya aku mampir ke rumah itu dan tinggal beberapa hari disana. Dalam ziarah kali ini, aku tidak sendiri. Aku membawa serta anak dan istriku. Biasanya, kami sekalian berlibur juga bersama anak-anak.
Sebelum berangkat, aku siapkan dulu keledai untuk kutunggani sendiri, serta dua ekor unta untuk anak, istri, serta bekal perjalanan. Kebetulan, saat itu ada beberapa rombongan yang juga akan berziarah ke Karbala. Jumlahnya sekitar 50 orang, terbagi dalam beberapa kelompok (kafilah). Aku dan kelaurga berangkat bersama dengan mereka.
Sepanjang separuh perjalanan, smeua berjalan lancar. Aku berada di bagian depan rombongan. Sementara isteri dan anakku berada di baris belakang rombongan, bersama-sama dengan kelompok perempuan.
Setelah beberapa lama perjalanan, kami sampai di sebuah daerah yang bernama Nakhilah. Saat itu, aku bermaksud untuk meminta minuman kepada isteriku yang memegang bekal makanan dan minuman kami. Maka, aku arahkan keledai ke belakang rombongan.
Betapa kagetnya aku, ketika tak kudapati isteri dan anakku. Aku mencoba mencair-cari ditengah-tengah romobongan, tapi tak ada. Aku tanyakan pada ibu-ibu yang ada disana, mereka juga heran dan tak tahu kapan isteri dan anakkku keluar dari rombongan.
Aku langsung memberitahu ketua kafilah. Menurut perkiraanku dan ketua kafilah, isteri dan anakku ketinggalan di belakang rombongan. Maka, ditemani ketua kafilah, aku memutar arah menyusuri jalan yang kami tempuh tadi. Anehnya, kami tidak menemukan mereka. Padahal kami sudah menempuh perjalanan yang lumayan jauh.
"Mungkin keluargamu terpisah dari rombongan dan salah jalan," kata ketua kafilah.
Kami coba mencari lagi tanpa mengenal lelah. Kekhawatiran mulai menyelusup ke dalam dada. Perkataan ketua kafilah tadi ter-ngiang jelas di telinga. Karena tidak ketemu juga, kami berdua memutuskan untuk meneruskan perjalanan ke Karbala bersama seluruh anggota kafilah yang menunggu kami. Kuhabiskan waktu sepanjang perjalanan dengan perasaan yang tak menentu.
Sesampainya di Karbala, aku berniat untuk menemui beberapa orang dan meminta bantuan mereka untuk mencari  keluargaku. Tapi sebelumnya, aku mampir terlbih dahulu di rumahku yang ada di kota itu. Aku akan mengambil beberapa perlengkapan dan uang, sebagai bekal dan bayaran untuk orang-orang yang akan membantuku mencari isteriku.
Di rumah itu biasanya ada seorang penjaga yang aku pekerjakan untuk menjaga kemanan dan kebersihan rumah. Sesampai di rumah itu, aku mengetuk pintu.
Ajaib, orang yang membukakan pintu ternyata bukan penjaga rumah, tapi istriku sendiri! Jantungku hampir berhenti berdetak karena sangat bahagia.
"Dari mana saja engkau? Dan bagaimana engkau bisa sampai disini sekarang? Naik apa? Bagaimana dengan anak-anak?" tanyaku penuh keheranan bercampur panik.
Isteri menjawab dengan tenang:
"Aku terpisah dari romobongan saat berada di Nakhilah. Saat itu, anak-anak minta makan. Saat akan membuka tempat makanan, tanganku gemetar sehingga tempat makanan itu beradu satu sama lain. Suaranya mengejutkan unta yang kukendarai. Ia berlari kencang ketakutan. Terang saja, tempat maknan itu itu semakin terguncang-guncang dan suaranya semakin nyaring. Aku panik dan ketakutan sehingga tidak bisa mengendalikan unta yang lari kesetanan itu. Aku sudah berusaha berteriak, tapi suaraku kalah nyaring dari suara dentingan rantang.
“Aku mulai putus asa. Takut jatuh terpelanting atau untaku menabrak sesuatu. Tanpa sadar, aku dan anakku menjerit meminta tolong pada Imam Mahdi. Kami memanggil-manggil nama Imam Mahdi. Kami terus menjerti-jerit menyebut nama Imam Mahdi. Beberapa saat kemudian, aku melihat pria bercahaya yang tampak kharismatik dalam busana Arabnya.”
Ia berkata kepada kami:"Jangan takut, wahai ibu."
Unta yang kami kendarai seketika menjadi tenang dan diam.
Orang itu mendekat dan bertanya,
"Kau ingin pergi ke Karbala'?"
"Ya." Jawabku.
Ia kemudian memegang tali kekang unta dan menuntunnya kembali ke jalan. Sambil berjalan, aku memberanikan diri menanyakan jati dirinya.
Orang itu menjawab:
"Aku adalah orang yang bertugas menolong orang-orang yang membutuhkan dan mencintaiku (Imam Mahdi), seperti dirimu yang hampir tersesat di gurun ini," jawabnya.
Mendengar kisah isterinya, si suami langsung menetaskan air mata. Ia sujud syukur, memanjatkan doa. Ia terus menyebut nama Imam Mahdi dan bersyukur atas pertolongan yang diberikan pada isteri dan anak-anaknya.

2 komentar:

  1. Balasan
    1. Nama anda terdapat kata Ahmad sayang sekali anda belum mengenal Imam Mahdi yg justru keturunan Nabi Muhammad SAW

      Hapus