Rabu, 23 Mei 2012

Imam Mahdi di Malam Nishfu Sya'ban

Suatu hari, seorang wanita shalehah menceritakan pengalamannya kepadaku. Berikut ini kisahnya:
“Kami memiliki seorang anak bernama Muhammad. Ia menderita penyakit bisu, tak bisa bicara. Kami sudah membawanya berobat ke berbagai dokter, namun tak berhasil. Suatu hari, suamiku terus memaksaku untuk berziarah ke makam Abdullah bin Musa bin Ja'far as dan berdoa disana memohon kesembuhan bagi anak kami. Akhirnya, aku menuruti keinginannya. Kami berziarah kesana tepat pada malam nishfu Sya'ban. Kulaksanakan semua ritual yang biasa dilakukan pada malam nishfu Sya'ban; seperti berdoa dan membaca surah Al-Quran. Berikutnya, aku bertawassul kepada Imam Mahdi as. Dalam doaku, aku berkata,
"Wahai Imam Mahdi..., apa yang harus kukatakan lagi dan apa yang harus kulakukan untuk menyembuhkan anakku. Dengan bahasa isyarat ia selalu bertanya mengapa dirinya tidak bisa bicara. Aku tak tahu harus menjawab apa. Sudah bertahun-tahun aku berusaha mengobatinya, tapi tak membuahkan hasil sedikit pun. Sekarang aku mengadu kepadamu. Jika engkau tidak mengabulkan permohonanku, aku tak tahu lagi harus berbuat apa lagi. Ini adalah usaha dan harapan terakhirku."
Aku terus berdoa sepanjang malam. Jarum jam menunjuk angka 5 pertanda Subuh akan segera tiba. Kusandarkan kepada ke dinding sambil menatap ke atas. Beberapa saat kemudian, mataku terpejam rapat. Dalam tidur aku bermimpi pintu makam terbuka. Seorang pria berwibawa diiringi oleh para ulama kota Bawiq masuk untuk mendirikan shalat Subuh. Aku langsung bangkit dan ingin bertanya pada salah seorang ulama tentang pria kharismatik itu. Mengapa para ulama besar rela berjalan di belakangnya.
Langkahku terhenti karena salah seorang dari mereka mengisyarakanku untuk duduk kembali. Kulihat ulama itu berkata kepada mereka,
"Biarkan dia..."
Aku langsung menghambur ke arahnya dan ingin mencium tangannya. Beliau menyambut sambil membelai kepalaku.
"Apa yang kau inginkan?"
"Putraku, Muhammad, sedang sakit. Ia bisu. Tuan, apa yang harus kulakukan untuk menyembuhkannya?"
"Bangkit dan dirikan shalat dua rakaat untuk kesembuhannya," katanya
"Sudah kulakukan, Tuan" aku menjawab.
"Shalat lagi, wahai ibu." Ulama itu kembali menyuruh.
"Bolehkan aku tahu, siapa gerangan Tuan?"
"Aku adalah orang yang kau cari." orang misterius itu menjawab.
Saat itu juga aku yakin bahwa orang itu adalah Imam Mahdi.
"Apakah anakku akan sembuh, wahai Imam?" tanyaku.
"Ya, dia akan sembuh." Imam menjawab.
Selesai berkata demikian, sang Imam tiba-tiba pergi dan menghilang dibalik pintu makam bersama para pengiringnya.
Aku terbangun dan langsung berwudhu' dengan air minum yang kubawa. Aku mendirikan shalat dua rakaat.
Matahari pagi mulai bersinar menghangatkan bumi, saat aku keluar dari kompleks makam. Seulas senyum hangat dari suami yang setia menunggu dekat pintu keluar melengkapi keindahan pagi yang cerah itu.
"Apa yang terjadi?" tanya suami.
Maka, akupun menceritakan mimpi yang kualami.
"Di dalam mimpiku, menurut Imam Mahdi, anak kita akan sembuh," jawabku.
Kami pun bergegas pulang dan mendapati Muhammad masih tidur nyenyak. Kuamati setiap inci dari tubuhnya yang tak menampakkan perubahan sedikit pun. Hatiku hancur karena menganggap usahaku sia-sia.
Muhammad menghabiskan waktunya hanya dengan menonton televisi. Hari itu, saat matahari hampir terbenam, ketika ayahnya masih belum pulang dari toko di ujung gang, aku dikagetkan oleh sebuah suara.
"Bu..., ayah mana...?"
Aku bingung suara siapa gerangan. Aku langsung berlari dari dapur. Anakku yang selama ini hanya bisa mengerang dan merintih, ternyata sudah bisa bicara lagi. Suaranya terdengar indah memecah kesunyian sekaligus meramaikan hatiku yang selama ini senyap. Muhammad menunjuk ke arah pintu dan berteriak,
"Ayah..., ayah..." Muhammad memanggil ayahnya.
Dengan sigap, kusambar kerudung yang tergantung di dinding, kugendong Muhammad, dan bergegas ke toko di ujung gang. "Muhammad memangilmu. Ia mau keluar rumah."
Suamiku yang terlihat sumringah langsung merengkuh Muhammad dalam dekapannya. Dengan air mata bahagia yang menetes membahasi pipi, ia memberondong Muhammad dengan sejumlah pertanyaan. Muhammad menjawab semua pertanyaan itu dengan anggukan dan gelengan. Kami sadar bahwa pendengarannya juga sudah pulih.
Suamiku menutup toko dengan hati berbunga-bunga. Ia terlihat senang bercanda dengan Muhammad. Sejak saat itu hingga sekarang, aku dan suami tidak pernah absen mendirikan shalat dua rakaat sebagai bentuk rasa syukur atas kesembuhan anak kami. Setiap Kamis minggu pertama, aku selalu mengontak teman dan sabahat agar juga mendirikan shalat untuk kesehatan buah hatiku. Melalu kuasa Ilahi swt, anakku disembuhkan oleh Imam Mahdi.

1 komentar:

  1. Asalam-o-Alykum, My name is Qasim, from last 26+ years Allah and Muhammad s.a.w keep coming into my dreams, over 460+ times Allah comes in my dreams and 250+ times Mohammad s.a.w comes in my dreams, Muhammad s.a.w is the last Messenger of Allah and I am the Ummati of Muhammad s.a.w, My dreams about to Major Signs of Qiyamah, Gog Magog, Esa a.s, and End of Time. I have shared many dreams on my fb page Allah and Muhammad pbuh in Dream and my blog Allah and Muhammad pbuh in Dream

    BalasHapus