Hidup
seorang ulama besar di salah satu daerah di Irak. Nama ulama ini adalah Muhammad
Taqi Bafaqi. Beliau bukan saja berilmu, tapi berani menentang kedzaliman
penguasa saat itu. Karena keberanian dan sikap kritisnya itulah, beliau
beberapa kali dipenjara oleh penguasa. Hingga akhirnya, beliau diasingkan ke
luar negeri.
Sebelum
meninggal, beliau sempat menceritakan sebuah kisah rahasia kepada saudara
kandungnya yang bernama Mala Asadullah Bafaqi. Yaitu, kisah bahwa dirinya pernah
berjumpa dengan Imam Mahdi. Namun, beliau mewanti-wanti saudara kandungya
tersebut, agar tidak menceritakan kisah ini pada siapapun, kecuali beliau sudah
meninggal.
Kisah
ini diceritakan langsung oleh Muhammad Taqi Bafaqi kepada saudara kandungnya
tersebut. Namun, saudara kandungnya baru “membocorkan” kisah ini, setelah
kakaknya itu, Muhammad Taqi Bafaqi, wafat beberapa tahun kemudian.
Berikut
kisahnya, sesuai dengan yang dituturkan oleh Muhammad Taqi Bafaqi sendiri:
“Saudaraku, aku ingin
menceritakan padamu sebuah kisah yang sangat penting. Kisah tentang pertemuanku
dengan Imam Mahdi. Namun, aku tidak rela engkau menceritakan kisah ini kepada
orang lain, hingga aku nanti telah meninggalkan dunia ini. Aku percaya dan
yakin engkau akan memegang amanatku ini. Begini ceritanya.
“Saat masih muda, aku belajar
ilmu agama di Najaf, Irak. Pada suatu hari, aku berniat berziarah ke makam salah satu imam besar disana, yaitu Ali bin Musa ar-Ridha. Aku
berjalan kaki, meskipun jaraknya lumayan jauh. Saat itu, udara
sangat dingin. Aku menemui banyak kesulitan dalam perjalanan, terutama karena
hujan lebat dan jalan-jalan yang ditutupi salju. Setelah beberapa lama
perjalanan, aku sampai di sebuah dataran yang tertutup salju. Tubuhku gemetar
karena dingin.”
“Lalu, aku melihat dari
kejauhan sebuah kedai kopi yang memancarkan cahaya di petang yang sangat dingin
itu. Melihat kedai kopi, maka aku berniat untuk beristirahat dan menghabiskan
malam ini di sana, untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi esok hari. Ketika aku hendak
masuk ke dalam kedai itu, aku melihat sejumlah orang Kurdi sedang sibuk berjudi
dengan kartu dan dadu.
Hatiku miris dan sedih
melihat para penjudi itu. Aku jadi bingung, apakah tetap akan masuk ke dalam
kedai itu dan berkumpul satu atap dengan mereka, atau membatalkannya dan melanjutkan
perjalanan. Tetapi, badanku sudah terasa sangat lelah dan kedinginan, sehingga
perlu istirahat. Aku terdiam kebingungan, di depan pintu masuk kedai itu.
“Saat dalam keadaan
bingung itulah, tiba-tiba aku mendengar suara memanggil-manggil,
“Mari kesini, wahai
Muhammad Taqi. Kemari!”
“Maka, akupun memalingkan
muka ke arah suara berasal. Aku tercengang melihatnya. Ternyata, aku lihat
seseorang yang agung, berwibawa, dan sangat tampan duduk di bawah sebuah pohon
besar. Ia memanggil aku untuk duduk bersamanya.
“Aku pun maju
mendekatinya dan memberi salam kepadanya. Kemudian ia mengatakan:
“Wahai
Muhammad Taqi, engkau tahu bahwa kedai kopi itu bukanlah tempat yang layak
untukmu atau orang-orang sepertimu. Kemarilah dan
duduklah di sampingku.”
“Maka, akupun datang
dan duduk disampingnya. Ketika duduk di sampingnya, aku sama sekali tidak lagi
merasakan udara dingin, seperti sebelumnya. Tiba-tiba udara menjadi sangat
hangat, padahal disekelilingnya tetap tertutup salju. Aku heran.
“Melihat
keajaiban-keajaiban itu, dan juga penilaianku terhadap ciri-ciri wajah dan
tubuhnya, saat itu hati kecilku meyakini bahwa dia adalah Imam Mahdi. Hatiku langsung tergetar. Maka, malam itu aku habiskan untuk berdoa
bersamanya. Aku merasa sangat bahagia, sekaligus terharu. Malam itu aku
merasakan sebuah ketenangan dan kelapangan yang belum pernah aku rasakan lagi,
baik sebelum mapupun setelah itu. Itu malam terindah dalam hidupku.
Ketika datang waktu
Shubuh dan kami telah melakukan shalat Shubuh, Imam mengatakan,
“Waktu pagi telah menyingsing.
Mari kita berangkat.”
Aku berkata
kepadanya,
“Ya
Sayyidi, apakah engkau mengizinkan aku untuk selalu mengabdi padamu dan
senantiasa ada disampingmu?”
Ia menjawab,
“Engkau tidak dapat selalu
ada bersamaku, wahai Muhammad Taqi. Takdir tidak memungkinkan untuk itu. Namun,
yakinlah bahwa aku selalu menemanimu dan berada disampingmu, selama perjalanan
engkau menuju makam ar-Ridha. Jangan khawatir dan takut. Teruslah berjalan
untuk sampai ke makam ar-Ridha. Yakinlah bahwa Allah SWT senantiasa menjaga dan
melindungimu.”
Maka, pagi itu akupun
langsung melanjutkan perjalanan untuk berziarah. Berbagai halangan dan
rintangan aku lewati tanpa sedikitpun ragu atau merasa lelah. Dingin salju yang
menyengat, malam yang mencekam serta jalanan yang terjal seperti tidak terasa
sekali. Aku berjalan dengan penuh keyakinan, bahwa Imam Mahdi menemaniku dan
berada disampingku. Hingga akhirnya, aku sampai di makam ar-Ridho, dan
menghabiskan waktu yang panjang untuk berdoa dan beribadah disana.
Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai golongan hamba-Nya yang
mencitai dan merindukan Imam Mahdi. Aku bersyukur setiap saat kepada Allah SWT,
yang telah mentakdirkanku untuk berjumpa dengan Imam Mahdi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar