Senin, 07 Mei 2012

IMAM MAHDI MENYELAMATKANNYA DARI PARA PENDOSA


  
Hidup seorang ulama besar di salah satu daerah di Irak. Nama ulama ini adalah Muhammad Taqi Bafaqi. Beliau bukan saja berilmu, tapi berani menentang kedzaliman penguasa saat itu. Karena keberanian dan sikap kritisnya itulah, beliau beberapa kali dipenjara oleh penguasa. Hingga akhirnya, beliau diasingkan ke luar negeri.
Sebelum meninggal, beliau sempat menceritakan sebuah kisah rahasia kepada saudara kandungnya yang bernama Mala Asadullah Bafaqi. Yaitu, kisah bahwa dirinya pernah berjumpa dengan Imam Mahdi. Namun, beliau mewanti-wanti saudara kandungya tersebut, agar tidak menceritakan kisah ini pada siapapun, kecuali beliau sudah meninggal.
Kisah ini diceritakan langsung oleh Muhammad Taqi Bafaqi kepada saudara kandungnya tersebut. Namun, saudara kandungnya baru “membocorkan” kisah ini, setelah kakaknya itu, Muhammad Taqi Bafaqi, wafat beberapa tahun kemudian.
Berikut kisahnya, sesuai dengan yang dituturkan oleh Muhammad Taqi Bafaqi sendiri:
“Saudaraku, aku ingin menceritakan padamu sebuah kisah yang sangat penting. Kisah tentang pertemuanku dengan Imam Mahdi. Namun, aku tidak rela engkau menceritakan kisah ini kepada orang lain, hingga aku nanti telah meninggalkan dunia ini. Aku percaya dan yakin engkau akan memegang amanatku ini. Begini ceritanya.  
“Saat masih muda, aku belajar ilmu agama di Najaf, Irak. Pada suatu hari, aku berniat berziarah ke makam salah satu imam besar disana, yaitu Ali bin Musa ar-Ridha. Aku berjalan kaki, meskipun jaraknya lumayan jauh. Saat itu, udara sangat dingin. Aku menemui banyak kesulitan dalam perjalanan, terutama karena hujan lebat dan jalan-jalan yang ditutupi salju. Setelah beberapa lama perjalanan, aku sampai di sebuah dataran yang tertutup salju. Tubuhku gemetar karena dingin.”
“Lalu, aku melihat dari kejauhan sebuah kedai kopi yang memancarkan cahaya di petang yang sangat dingin itu. Melihat kedai kopi, maka aku berniat untuk beristirahat dan menghabiskan malam ini di sana, untuk kemudian melanjutkan perjalanan lagi esok hari. Ketika aku hendak masuk ke dalam kedai itu, aku melihat sejumlah orang Kurdi sedang sibuk berjudi dengan kartu dan dadu.
Hatiku miris dan sedih melihat para penjudi itu. Aku jadi bingung, apakah tetap akan masuk ke dalam kedai itu dan berkumpul satu atap dengan mereka, atau membatalkannya dan melanjutkan perjalanan. Tetapi, badanku sudah terasa sangat lelah dan kedinginan, sehingga perlu istirahat. Aku terdiam kebingungan, di depan pintu masuk kedai itu.
“Saat dalam keadaan bingung itulah, tiba-tiba aku mendengar suara memanggil-manggil,
“Mari kesini, wahai Muhammad Taqi. Kemari!”
“Maka, akupun memalingkan muka ke arah suara berasal. Aku tercengang melihatnya. Ternyata, aku lihat seseorang yang agung, berwibawa, dan sangat tampan duduk di bawah sebuah pohon besar. Ia memanggil aku untuk duduk bersamanya.
“Aku pun maju mendekatinya dan memberi salam kepadanya. Kemudian ia mengatakan:
“Wahai Muhammad Taqi, engkau tahu bahwa kedai kopi itu bukanlah tempat yang layak untukmu atau orang-orang sepertimu. Kemarilah dan duduklah di sampingku.”
“Maka, akupun datang dan duduk disampingnya. Ketika duduk di sampingnya, aku sama sekali tidak lagi merasakan udara dingin, seperti sebelumnya. Tiba-tiba udara menjadi sangat hangat, padahal disekelilingnya tetap tertutup salju. Aku heran.
“Melihat keajaiban-keajaiban itu, dan juga penilaianku terhadap ciri-ciri wajah dan tubuhnya, saat itu hati kecilku meyakini bahwa dia adalah Imam Mahdi. Hatiku langsung tergetar. Maka, malam itu aku habiskan untuk berdoa bersamanya. Aku merasa sangat bahagia, sekaligus terharu. Malam itu aku merasakan sebuah ketenangan dan kelapangan yang belum pernah aku rasakan lagi, baik sebelum mapupun setelah itu. Itu malam terindah dalam hidupku.
Ketika datang waktu Shubuh dan kami telah melakukan shalat Shubuh, Imam mengatakan,
“Waktu pagi telah menyingsing. Mari kita berangkat.”
Aku berkata kepadanya,
“Ya Sayyidi, apakah engkau mengizinkan aku untuk selalu mengabdi padamu dan senantiasa ada disampingmu?”
Ia menjawab,
“Engkau tidak dapat selalu ada bersamaku, wahai Muhammad Taqi. Takdir tidak memungkinkan untuk itu. Namun, yakinlah bahwa aku selalu menemanimu dan berada disampingmu, selama perjalanan engkau menuju makam ar-Ridha. Jangan khawatir dan takut. Teruslah berjalan untuk sampai ke makam ar-Ridha. Yakinlah bahwa Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungimu.”
Maka, pagi itu akupun langsung melanjutkan perjalanan untuk berziarah. Berbagai halangan dan rintangan aku lewati tanpa sedikitpun ragu atau merasa lelah. Dingin salju yang menyengat, malam yang mencekam serta jalanan yang terjal seperti tidak terasa sekali. Aku berjalan dengan penuh keyakinan, bahwa Imam Mahdi menemaniku dan berada disampingku. Hingga akhirnya, aku sampai di makam ar-Ridho, dan menghabiskan waktu yang panjang untuk berdoa dan beribadah disana.  
Semoga Allah SWT menjadikan kita sebagai golongan hamba-Nya yang mencitai dan merindukan Imam Mahdi. Aku bersyukur setiap saat kepada Allah SWT, yang telah mentakdirkanku untuk berjumpa dengan Imam Mahdi.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar